Yogyakarta dikenal dengan budaya dan tradisinya yang kental, termasuk dalam hal busana. Pakaian adat Yogyakarta bukan sekadar penutup tubuh, tetapi juga memiliki nilai filosofis dan sejarah yang mendalam. Setiap pakaian mencerminkan identitas, status sosial, hingga peran pemakainya dalam kehidupan sehari-hari maupun upacara adat.
Baca juga: Social Chic 2025 Hadir di Yogyakarta, Segini Harga Tiketnya!
Pakaian Adat Yogyakarta
Dari kebaya yang anggun hingga surjan yang penuh wibawa, pakaian adat Yogyakarta terus dilestarikan dan digunakan dalam berbagai kesempatan. Berikut adalah daftar pakaian adat yang masih eksis hingga kini, lengkap dengan ciri khas dan maknanya.
Baca juga: 10 Minuman Khas Yogyakarta yang Ga Boleh Kamu Lewatkan!
1. Kebaya Yogyakarta

Kebaya Yogyakarta adalah pakaian tradisional yang mencerminkan keanggunan khas Jawa. Dahulu, busana ini sering dikenakan oleh kaum bangsawan dan perempuan dari kalangan terpandang.
Kini, kebaya menjadi pilihan banyak orang untuk berbagai acara, dari upacara adat hingga perayaan modern. Untuk tampilan yang lebih anggun, kebaya biasanya dipadukan dengan sanggul, perhiasan, dan alas kaki yang sesuai.
2. Surjan

Surjan adalah pakaian adat Yogyakarta yang biasa dikenakan oleh pria. Busana ini berbentuk kemeja lengan panjang dengan motif garis vertikal dan warna cenderung gelap.
Dilengkapi kancing khas, Surjan sering dipadukan dengan kain jarik sebagai bawahan dan blangkon sebagai penutup kepala. Kombinasi ini menciptakan tampilan yang berwibawa dan mencerminkan identitas budaya Yogyakarta.
3. Pinjung

Pinjung adalah pakaian adat Yogyakarta yang awalnya dikenakan oleh Abdi Dalem Keraton. Pakaian ini berupa kain yang dililit hingga menutup bagian dada dan sering dipadukan dengan kemben atau kain penutup dada lainnya.
Untuk tampilan lebih lengkap, pinjung bisa dikombinasikan dengan baju batik atau lurik sebagai lapisan luar. Kini, busana ini tidak lagi terbatas pada lingkungan keraton dan telah menjadi pilihan banyak perempuan Yogyakarta, biasanya diperkaya dengan selendang, perhiasan, dan alas kaki.
Baca juga: 10 Pantai di Yogyakarta Terbaru yang Cocok Buat Liburan 2025!
4. Pranakan

Pranakan adalah busana tradisional Yogyakarta yang terinspirasi dari baju kurung santri putri di Banten, setelah kunjungan Sultan Yogyakarta pada abad ke-19. Pakaian ini dibuat dari kain lurik dengan dominasi warna biru tua dan hitam, dihiasi motif garis telupat.
Keunikan Pranakan terletak pada detail simbolisnya. Bagian depan memiliki enam kancing yang melambangkan rukun iman, sementara setiap ujung lengan terdapat lima kancing yang merepresentasikan rukun Islam. Lengan baju juga dibuat berbelah untuk memudahkan pemakainya saat berwudhu.
5. Janggan Hitam

Janggan Hitam adalah pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan oleh Abdi Dalem estri (perempuan). Modelnya menyerupai surjan dengan kancing yang menutup hingga leher, dan selalu menggunakan kain berwarna hitam.
Nama “Janggan” berasal dari kata jangga, yang berarti leher, melambangkan keanggunan dan kesucian perempuan keraton serta perempuan Jawa pada umumnya. Sementara itu, warna hitam pada Janggan mencerminkan ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman, sekaligus merepresentasikan nilai kesucian dan ketakwaan.
6. Langenarjan

Langenarjan adalah busana tradisional Yogyakarta yang dikenakan oleh Abdi Dalem pria dalam acara resmi, seperti perjamuan di keraton. Setelan ini terdiri dari kain batik sebagai bawahan, baju bukakan berwarna hitam, serta kancing sebagai elemen perhiasan yang menambah kesan elegan dan berwibawa.
7. Blangkon

Blangkon adalah tutup kepala khas yang sering dikenakan pria Jawa saat memakai pakaian adat, terutama dalam acara resmi. Ada dua jenis blangkon yang populer, yaitu blangkon Yogyakarta dan Solo, dengan perbedaan utama pada bagian belakang atau mondolan.
Blangkon Yogyakarta memiliki mondolan yang menonjol, sedangkan blangkon Solo lebih rata. Dari segi warna, blangkon Solo cenderung kecoklatan, sementara blangkon Yogyakarta menggunakan kain batik berwarna lebih terang, mendekati putih. Setiap motif blangkon Yogyakarta juga memiliki makna tersendiri, mencerminkan filosofi dan nilai budaya yang mendalam.
8. Pakaian Adat Batik Jogja

Batik adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Yogyakarta yang digunakan dalam berbagai acara resmi maupun kehidupan sehari-hari. Tak heran jika kota ini dikenal sebagai Kota Batik.
Motif batik khas Yogyakarta didominasi pola geometris berukuran besar, dengan beberapa desain populer seperti Kawung, Sidomukti, Parang Rusak, dan Sido Luhur. Beberapa motif juga menggabungkan unsur geometris dengan aksara Jawa, mencerminkan filosofi harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan.
Baca juga: 20 Tempat Wisata di Jogja yang Paling Terkenal dan Murah
9. Sabukwala

Sabukwala adalah pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan anak perempuan dalam upacara adat tetesan, sebuah prosesi sunat dalam budaya setempat. Busana ini dirancang untuk menampilkan keanggunan sekaligus makna simbolis dalam tradisi.
Sabukwala terdiri dari beberapa elemen, seperti kain cindhe, lonthong atau sabuk, ikat pinggang kamus bludiran, serta slepe. Untuk mempercantik tampilan, busana ini juga dilengkapi aksesori seperti subang, gelang kana, dan kalung susun, mencerminkan keindahan serta nilai budaya yang melekat dalam upacara tersebut.
10. Semekan

Semekan adalah kain tradisional Yogyakarta yang digunakan dengan cara dililitkan di tubuh, mulai dari bawah ketiak hingga atas pinggul. Dengan ukuran sekitar 250 cm x 60 cm, kain ini cukup lebar untuk memberikan kenyamanan dan fleksibilitas saat dikenakan. Pelilitannya dilakukan dari kiri ke kanan, mengikuti aturan khas dalam pemakaian busana adat Jawa.
Apa Pakaian Adat Yogyakarta Favoritmu?
Nah, itu dia beberapa pakaian adat Yogyakarta yang harus kamu tahu beserta gambarnya. Jadi, mulai dari kebaya, Surjan, Pinjung, hingga Semekan, mana nih yang jadi favoritmu?
Selain itu, jangan lupa juga untuk cek jadwal konser terbaru dan beli tiketnya dengan aman, mudah, dan cepat di dewatiket.id sekarang juga!